Selasa, 31 Mei 2011

Mengejar Bayangan yang Melelahkan

Minggu, 26 September 2010

Saya senang bisa kembali melakukan perjalanan panjang seperti ketika muda dulu. Bedanya, dulu untuk menguber berita, kini untuk melihat sendiri proyek-proyek dan kiprah aparat pln di berbagai daerah. Kali ini, sehari setelah lebaran lalu, saya ke Tanggari, Tonsa Lama, PLTS Bunaken, Lahendong, Amurang (semuanya di Sulut), lalu ke  Gorontalo dan terus jalan darat lagi semalam suntuk ke Paleleh dan Buol. Disambung lagi ke Palu dan Mamuju. Terus jalan darat lagi ke Poliwali dan Barru. Perjalanan ini baru berakhir di Makasar setelah tiga hari tiga malam hampir tanpa henti.

Sambil menikmati goncangan mobil ternyata banyak gagasan bisa lahir. Ide-ide itu bisa didiskusikan sepanjang jalan. Apalagi dalam perjalanan ini ikut pula para pimpinan PLN setempat termasuk general manajer wilayah Sulteng-Sulut Wirabumi, general manajer wilayah Sulsel dan Sutra Ahmad Siang dan para kepala cabang PLN setempat. Jalan darat dari Gorontalo ke Buol sangat menyiksa (harus beberapa kali berhenti karena mobil masuk kubangan atau tidak kuat menanjak) di situlah seninya sebuah tantangan.
Di perjalanan inilah ide untuk mengubah fungsi beberapa PLTA di  Sulut lahir. PLTA Tonsa, Tanggari I, Tanggari II dan Tanggari III (Sawangan) sebaiknya hanya akan dijadikan penyangga untuk beban puncak (picker) atau semi picker. Tidak perlu lagi dijalankan selama 24 jam seperti selama ini. Air dari danau Tondano yang indah itu bisa dihemat. Dengan demikian problem tahunan yang muncul setiap musim kemarau akan bisa diatasi. Setiap musim kemarau terjadi krisis listrik di Sulut karena jumlah air tidak cukup besar untuk menggerakkan turbin-turbin di sepanjang aliran sungai itu.

Saya sangat terkesan oleh PLTA Tanggari ini. Bukan karena besarnya melainkan sejarahnya. Sejarah masa lalu maupun masa kini. PLTA paling atas di Tanggari ini dibangun sebelum Indonesia merdeka. Sampai sekarang masih bisa berfungsi. Turbinnya General Electric dan bangunannya dari kayu. Masih kokoh. Di sana-sini masih tersisa lubang peluru pertanda PLTA ini pernah jadi medan pertempuran. Banyak gua-gua persembunyian Jepang di pegunungan dekat Air Madidi (Manado) ini.


Lahirnya Bayi-bayi Baru dan Mulainya SPPD Berkuota

Satu persatu PLTU program 10.000 MW mulai menghasilkan listrik. Jumat malam lalu (28 Mei 2011), satu unit PLTU Lontar (Teluk Naga / beberapa kilometer sebelah barat bandara Cengkareng) sudah sinkron. Keesokan harinya bisa menghasilkan listrik 300 MW.

Memang, setelah dua hari dicoba PLTU itu harus dihentikan dulu beberapa hari untuk perbaikan. Diketahui ada 3 bagian yang belum sempurna: sensor temperature di super heater, shoot blower yang temperaturnya ketinggian dan cacat di anti steam explotion. Tapi itu bukan cacat berat. Tidak seperti di Suralaya-8 yang begitu ditest bagian yang penting yang gagal fungsi. Juga bukan seperti di Paiton yang begitu dicoba sinkron trafo step-upnya terbakar. Dua kasus terakhir itu menjengkelkan karena alat-alat penggantinya masih harus dibuat dan didatangkan dari luar negeri.

Yang di Lontar tidak seperti itu. Mestinya paling lambat dua minggu lagi sudah bisa dicoba lagi. Kalau tidak lagi ditemukan kekurangan test kehandalan pun bisa segera dilakukan.

Kita memang sudah sangat lama menunggu lahirnya bayi listrik di Lontar ini. Hamilnya sudah terlalu lama. Teman-teman kita yang menangani proyek itu, bekerja luar biasa keras setahun terakhir ini untuk menjaga agar tidak keguguran atau setidaknya lahir sungsang. Mulai dari GM yang lama Pak Harry Purwono sampai GM yang baru (entah kenapa jatuh kepada orang yang nama depannya sama) Harry Nugroho stress berat dibuatnya.

Senin, 30 Mei 2011

Ceritanya Sih KP ceria 1 ( bruder PLN APD BANDUNG)

Gak kerasa kami uda memasuki minggu ke-2 kerja praktik di PLN APD Bandung terhitung dari 23 mei 2011. Sesuai dengan namanya, APD (Area Pengatur Distribusi) merupakan suatu jawatan yang memegang tanggung jawab terhadap pengaturan distribusi listrik dari P3B menuju ke APJ masing-masing. Di tempat ini kami mengambil divisi Gardu Induk (GI) 20kV, dengan pembimbingnya yang baik, humoris, dan ga pelit bagi ilmu. Indikator ga pelit ilmunya dapat dilihat dari satu hal yaitu: belum kami tanya pun uda mulai menjelaskan, dari A-Z tentang gardu induk, kadang diselingi dengan pengalaman-pengalamannya mengabdi di PLN sejak tahun 1982. Selain divisi GI, ada lagi divisi lain seperti SCADA dan IT.

Minggu pertama KP diisi dengan pengarahan dari pembimbing kami itu, mulai dari penjelasan scope kerja APD sampai ke submateri dari Gardu Induk. Pembahasan mengenai gardu induk dibagi menjadi beberapa yaitu proteksi, pengendali, CB atau PmT, Feeder atau Penyulang, maintenance, dan akhirnya kami pun memilih proteksi sebagai bahan laporan kami nanti. Ilmu yang dimiliki pembimbing kami itu sangat tinggi, beliau tahu mengenai seluk-beluk GI, jadi mau ga mau kami harus banyak baca buku/referensi biar bisa sedikit menanggapi omongan dari pembimbing.

contoh CB

penyulang masuk (feeder)